Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat, hiduplah seorang janda bernama Mbok Siti. Setelah suaminya meninggal, Mbok Siti menjalani hidup dengan penuh kerja keras. Ia tinggal bersama putranya yang bernama Andi, seorang anak yang rajin dan penyayang. Meskipun mereka hidup sederhana, Mbok Siti selalu mengajarkan Andi untuk bersyukur dan membantu sesama.
Suatu hari, ketika persediaan makanan mereka habis, Mbok Siti meminta Andi untuk menjual satu-satunya ayam mereka di pasar agar mereka bisa membeli beras. Namun, di perjalanan, Andi bertemu dengan seorang kakek tua yang memohon makanan. Karena merasa kasihan, Andi memberikan ayam itu kepada sang kakek tanpa ragu. Sebagai balasan, kakek tersebut memberikan lima biji kacang yang terlihat biasa saja.
“Tanamlah kacang ini, Nak. Suatu hari, mereka akan membawa keberuntungan besar,” kata si kakek sambil tersenyum.
Ketika Andi kembali ke rumah tanpa uang atau makanan, Mbok Siti kecewa. Namun, setelah mendengar cerita Andi tentang si kakek, ia pun memutuskan untuk mencoba menanam kacang-kacang tersebut di pekarangan mereka.
Keesokan harinya, mereka terkejut melihat pohon besar menjulang tinggi di tempat kacang itu ditanam. Pohon itu tidak seperti pohon biasa; buahnya bersinar keemasan seperti matahari. Mbok Siti dan Andi memetik salah satu buah dan membukanya. Di dalamnya terdapat biji-bijian yang ternyata adalah emas murni!
Berita tentang pohon ajaib itu segera menyebar ke seluruh desa. Banyak orang datang meminta bantuan Mbok Siti, dan ia dengan senang hati berbagi kekayaan yang diperolehnya. Ia membangun panti asuhan, membantu petani yang kesulitan, dan memperbaiki jalan desa.
Namun, ada seorang saudagar kaya bernama Pak Darma yang serakah dan ingin memiliki pohon tersebut. Ia mencoba membeli pohon itu dengan harga tinggi, tetapi Mbok Siti menolaknya. Karena marah, Pak Darma menyuruh anak buahnya mencuri pohon tersebut di malam hari.
Namun, ketika mereka mencoba menebang pohon itu, pohon tersebut menghilang dalam sekejap, meninggalkan pesan di tanah: *"Hanya hati yang tulus yang layak menerima berkahku."*
Pohon ajaib itu kembali tumbuh di pekarangan Mbok Siti keesokan harinya. Mbok Siti dan Andi terus menjaga pohon tersebut dan menggunakannya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Mereka hidup bahagia, tidak hanya karena kekayaan, tetapi karena kebahagiaan berbagi dengan sesama.
Sejak saat itu, Mbok Siti dikenal sebagai wanita bijaksana yang membawa perubahan besar bagi desanya, dan pohon ajaib itu menjadi simbol kebaikan dan keikhlasan.
**TAMAT**

0 comments:
Posting Komentar