Sumber dari : Pinterest
Di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah dua puteri yang sangat berbeda nasibnya. Yang satu, Puteri Kaya bernama Adelia, tinggal di istana megah dengan emas dan permata berlimpah. Yang lain, Puteri Miskin bernama Lila, tinggal di desa terpencil, di sebuah pondok kecil yang hampir roboh. Meski berbeda, nasib akhirnya mempertemukan mereka dalam cara yang tak disangka.
Kehidupan Puteri Kaya
Adelia tumbuh dalam kemewahan. Segala keinginannya terpenuhi: gaun mewah, makanan lezat, dan pelayan yang setia. Namun, di balik senyumnya, Adelia merasa hampa. Ia selalu dikelilingi orang-orang yang memujinya, tetapi tak ada yang benar-benar peduli padanya. Semua itu membuatnya merasa kesepian.
"Untuk apa semua kekayaan ini jika aku tidak memiliki teman sejati?" pikir Adelia dalam hatinya.
### Kehidupan Puteri Miskin
Lila, sebaliknya, hidup serba kekurangan. Ibunya menjahit pakaian untuk penduduk desa, sementara Lila membantu dengan memetik bunga di hutan untuk dijual. Walau hidupnya sulit, Lila selalu ceria dan baik hati. Ia dikenal sebagai gadis yang selalu membantu orang lain, meski ia sendiri kerap kekurangan.
“Bahagia itu sederhana,” kata Lila kepada ibunya. “Asalkan kita bisa berbagi dengan orang lain.”
### Pertemuan Tak Terduga
Suatu hari, Adelia memutuskan menyamar sebagai rakyat biasa untuk melihat kehidupan di luar istana. Ia berjalan ke desa tempat Lila tinggal. Saat di sana, Adelia tersesat di hutan. Tanpa sengaja, ia bertemu Lila yang sedang mengumpulkan bunga.
“Apakah kau baik-baik saja?” tanya Lila sambil menawarkan segelas air.
Adelia, yang merasa lelah dan haus, menerima bantuan itu dengan terharu. Mereka pun mulai berbincang. Adelia kagum dengan keceriaan dan ketulusan Lila, meskipun hidupnya serba sederhana.
“Aku tidak mengerti,” kata Adelia. “Bagaimana kau bisa bahagia tanpa memiliki apa-apa?”
Lila tersenyum. “Kebahagiaan bukan soal apa yang kita miliki, tapi soal bagaimana kita menghargai hidup dan orang-orang di sekitar kita.”
### Pelajaran Berharga
Hari berikutnya, Adelia membawa Lila ke istana untuk berterima kasih. Ia memberikan hadiah berupa pakaian baru dan sekantong uang emas. Namun, Lila menolaknya dengan lembut.
“Terima kasih, tapi aku sudah cukup memiliki apa yang kubutuhkan. Lebih baik hadiah ini kau berikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan,” ujar Lila.
Adelia tersentuh. Ia mulai menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukan berasal dari kekayaan, melainkan dari kebaikan hati dan rasa syukur. Sejak saat itu, Adelia sering mengunjungi desa dan membantu penduduk yang membutuhkan.
Sementara itu, Lila tetap menjadi gadis sederhana yang penuh cinta kasih. Persahabatan mereka pun menjadi ikatan yang erat, menghubungkan dunia kemewahan dan kesederhanaan.
Pesan moral: Kebahagiaan tidak tergantung pada seberapa banyak yang kita miliki, tetapi pada seberapa besar kita bersyukur dan berbagi dengan orang lain.

0 comments:
Posting Komentar